6 Tahapan Cara Menanam Sawo yang Berbuah Cepat dan Lebat

6 Tahapan Cara Menanam Sawo yang Berbuah Cepat dan Lebat

Posted on

biotifor.or.idCara Menanam Sawo – Sawo adalah salah satu buah tropis yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Buah sawo memiliki bentuk yang bulat dengan warna coklat pada kulit dan dagingnya. Buah sawo juga memiliki rasa yang manis dan lezat, serta kandungan air yang cukup banyak.

Buah sawo juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta menyembuhkan berbagai penyakit.

Tidak hanya buahnya, tanaman sawo juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kayu sawo dapat digunakan untuk bahan kerajinan ukir-ukiran, perkakas rumah tangga, atau bahan bakar. Daun sawo juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk hijau. Selain itu, tanaman sawo juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh karena daunnya yang lebat dan hijau.

Mengingat banyaknya keuntungan dari tanaman sawo, tidak heran jika banyak orang yang tertarik untuk menanam sawo di pekarangan rumah atau lahan kosong.

Namun, bagaimana cara menanam sawo yang benar dan mudah? Apa saja syarat tumbuh dan perawatan yang dibutuhkan oleh tanaman sawo? Bagaimana cara memilih bibit sawo yang berkualitas? Bagaimana cara mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman sawo? Dan bagaimana cara panen buah sawo yang tepat?

Pada artikel ini, kami akan menjawab semua pertanyaan tersebut dengan lengkap dan jelas. Kami akan memberikan panduan cara menanam sawo yang benar dan mudah, mulai dari pemilihan bibit, pemilihan lokasi, pengolahan tanah, penanaman, perawatan, hingga pemanenan.

Kami juga akan memberikan tips dan trik agar tanaman sawo anda tumbuh subur dan berbuah lebat. Simak terus artikel ini sampai habis agar anda tidak ketinggalan informasi penting tentang cara menanam sawo.

Pemilihan Bibit Sawo

Langkah pertama dalam cara menanam sawo adalah memilih bibit sawo yang berkualitas. Bibit sawo yang berkualitas adalah bibit yang sehat, kuat, bebas dari hama dan penyakit, serta memiliki sifat genetik yang baik. Bibit sawo yang berkualitas akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen tanaman sawo nantinya.

Ada dua cara untuk mendapatkan bibit sawo, yaitu secara generatif dan vegetatif. Cara generatif adalah cara mendapatkan bibit sawo dengan menggunakan biji atau benih dari buah sawo. Cara vegetatif adalah cara mendapatkan bibit sawo dengan menggunakan bagian-bagian tanaman sawo lainnya, seperti cangkok, sambung, okulasi, atau stek.

Cara generatif lebih mudah dilakukan karena hanya membutuhkan biji atau benih dari buah sawo yang matang. Namun, cara generatif memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

  • Bibit sawo hasil generatif membutuhkan waktu lama untuk tumbuh besar dan berbuah. Biasanya bibit sawo hasil generatif baru bisa berbuah setelah 5-7 tahun.
  • Bibit sawo hasil generatif tidak pasti memiliki sifat genetik yang sama dengan induknya. Hal ini karena biji atau benih bisa terjadi persilangan dengan tanaman lain.
  • Bibit sawo hasil generatif tidak pasti memiliki kualitas buah yang sama dengan induknya. Hal ini karena kualitas buah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti iklim, tanah, perawatan, dll.

Cara vegetatif lebih sulit dilakukan karena membutuhkan keterampilan dan peralatan khusus. Namun, cara vegetatif memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

  • Bibit sawo hasil vegetatif lebih cepat tumbuh besar dan berbuah. Biasanya bibit sawo hasil vegetatif sudah bisa berbuah setelah 1-2 tahun.
  • Bibit sawo hasil vegetatif pasti memiliki sifat genetik yang sama dengan induknya. Hal ini karena bibit sawo berasal dari bagian-bagian tanaman induk yang dipindahkan ke media tanam baru.
  • Bibit sawo hasil vegetatif pasti memiliki kualitas buah yang sama dengan induknya. Hal ini karena bibit sawo mewarisi kualitas buah dari tanaman induk.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa cara vegetatif lebih baik daripada cara generatif dalam mendapatkan bibit sawo yang berkualitas. Oleh karena itu, kami menyarankan anda untuk menggunakan cara vegetatif dalam cara menanam sawo.

Salah satu metode vegetatif yang paling umum digunakan dalam cara menanam sawo adalah cangkok. Cangkok adalah metode mendapatkan bibit sawo dengan memotong ranting atau cabang tanaman sawo yang sudah berumur 2-3 tahun, lalu membungkusnya dengan media tanam yang lembab, seperti tanah, pasir, sekam, atau serbuk kayu.

Setelah beberapa minggu, ranting atau cabang tersebut akan membentuk akar baru dan siap dipindahkan ke media tanam lain. Berikut adalah langkah-langkah melakukan cangkok dalam cara menanam sawo:

  1. Pilih ranting atau cabang tanaman sawo yang sehat, kuat, dan bebas dari hama dan penyakit. Ranting atau cabang tersebut harus memiliki diameter sekitar 1-2 cm dan panjang sekitar 20-30 cm.
  2. Potong ranting atau cabang tersebut dengan menggunakan pisau tajam dan bersih. Potonglah secara miring agar permukaan potongan lebih luas dan mudah membentuk akar.
  3. Bersihkan kulit kayu pada bagian tengah ranting atau cabang tersebut dengan menggunakan pisau tajam dan bersih. Kulit kayu yang dibersihkan harus memiliki lebar sekitar 2-3 cm dan panjang sekitar 5-10 cm.
  4. Bungkus bagian tengah ranting atau cabang tersebut dengan media tanam yang lembab, seperti tanah, pasir, sekam, atau serbuk kayu. Media tanam harus dipadatkan agar tidak mudah lepas dari ranting atau cabang tersebut.
  5. Tutup media tanam tersebut dengan menggunakan plastik hitam atau kertas koran yang dibasahi air. Plastik atau kertas koran harus diikat rapat agar tidak mudah terbuka atau terlepas dari ranting atau cabang tersebut.
  6. Biarkan ranting atau cabang tersebut tetap menempel pada tanaman induk selama beberapa minggu sampai akar baru tumbuh. Selama proses cangkok, pastikan media tanam tetap lembab dengan menyiramnya secara teratur.
  7. Setelah akar baru tumbuh, potong ranting atau cabang tersebut dari tanaman induk dengan menggunakan gunting tajam dan bersih. Potonglah di bawah bagian yang dicangkok agar tidak merusak akar baru.
  8. Lepaskan plastik atau kertas koran yang menutup media tanam dengan hati-hati agar tidak merusak akar baru. Bibit sawo hasil cangkok siap dipindahkan ke media tanam lain.

Pemilihan Lokasi

Langkah kedua dalam cara menanam sawo adalah memilih lokasi yang sesuai untuk tanaman sawo. Lokasi yang sesuai untuk tanaman sawo adalah lokasi yang memiliki iklim, curah hujan, suhu udara, dan ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo.

Tanaman sawo adalah tanaman tropis yang menyukai iklim basah-kering. Iklim basah-kering adalah iklim yang memiliki musim hujan dan musim kemarau yang bergantian secara teratur. Tanaman sawo dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki curah hujan antara 1200-3000 mm/tahun.

Baca Juga  Cara Merebus Daun Pepaya Agar Tidak Pahit, Solusi Praktis untuk Hidangan Lezat

Tanaman sawo juga menyukai suhu udara yang hangat dan stabil. Suhu udara yang hangat dan stabil adalah suhu udara yang berkisar antara 25-30°C. Suhu udara yang terlalu dingin atau terlalu panas dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo.

Tanaman sawo juga dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 0-1000 m dpl. Ketinggian tempat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman sawo mengalami stres akibat perbedaan tekanan udara dan intensitas cahaya matahari.

Selain itu, lokasi yang sesuai untuk tanaman sawo juga harus memiliki sumber air yang cukup dan mudah dijangkau. Sumber air yang cukup dan mudah dijangkau akan memudahkan anda dalam melakukan penyiraman dan pengairan tanaman sawo.

Pengolahan Tanah

Langkah ketiga dalam cara menanam sawo adalah mengolah tanah yang akan digunakan sebagai media tanam. Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam harus memiliki tekstur, struktur, pH, kesuburan, dan drainase yang optimal untuk tanaman sawo.

Tanaman sawo menyukai tanah yang memiliki tekstur lempung berpasir atau lempung berliat. Tanah yang memiliki tekstur lempung berpasir atau lempung berliat adalah tanah yang memiliki kandungan pasir, liat, dan humus yang seimbang. Tanah yang memiliki tekstur lempung berpasir atau lempung berliat akan memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan akar dan pergerakan air dan udara di dalam tanah.

Tanaman sawo juga menyukai tanah yang memiliki struktur remah atau gembur. Tanah yang memiliki struktur remah atau gembur adalah tanah yang tidak terlalu padat atau keras. Tanah yang memiliki struktur remah atau gembur akan memudahkan akar menembus dan menyebar di dalam tanah.

Tanaman sawo juga menyukai tanah yang memiliki pH antara 5-7. pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan suatu larutan. Tanah yang memiliki pH antara 5-7 adalah tanah yang memiliki tingkat keasaman atau kebasaan yang netral atau sedikit asam. Tanah yang memiliki pH antara 5-7 akan memberikan kondisi yang optimal untuk ketersediaan unsur hara bagi tanaman sawo.

Tanaman sawo juga menyukai tanah yang memiliki kesuburan tinggi. Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Tanah yang memiliki kesuburan tinggi adalah tanah yang kaya akan unsur hara, seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dll. Tanah yang memiliki kesuburan tinggi akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo.

Tanaman sawo juga menyukai tanah yang memiliki drainase baik. Drainase adalah kemampuan tanah untuk mengalirkan air berlebih dari permukaan atau lapisan bawah tanah. Tanah yang memiliki drainase baik adalah tanah yang tidak mudah tergenang air atau kering. Tanah yang memiliki drainase baik akan mencegah terjadinya pembusukan akar akibat kelembaban berlebih.

Untuk mengolah tanah menjadi media tanam yang optimal untuk tanaman sawo, anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Bersihkan lahan dari rumput, gulma, batu, sampah, atau benda asing lainnya.
  2. Gemburkan lahan dengan menggunakan cangkul, bajak, traktor, atau alat lainnya hingga kedalaman sekitar 30-40 cm.
  3. Campurkan pupuk kandang atau kompos dengan lahan dengan perbandingan sekitar 10-20 ton/ha.
  4. Buat bedengan atau lubang-lubang dengan jarak antara 3-4 m sesuai dengan ukuran bibit sawo.
  5. Sesuaikan pH lahan dengan menggunakan kapur pertanian jika terlalu asam atau gipsum jika terlalu basa.
  6. Siram lahan dengan air bersih hingga lembab namun tidak tergenang.

Penanaman

Langkah keempat dalam cara menanam sawo adalah melakukan penanaman bibit sawo ke media tanam. Penanaman bibit sawo harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar atau bagian lainnya. Penanaman bibit sawo juga harus dilakukan pada waktu yang tepat agar tanaman sawo dapat beradaptasi dengan baik.

Waktu yang tepat untuk melakukan penanaman bibit sawo adalah pada awal musim hujan atau pada saat cuaca mendung. Hal ini bertujuan untuk menghindari stres akibat terik matahari atau kekeringan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo. Berikut adalah langkah-langkah melakukan penanaman bibit sawo:

  1. Pilih bibit sawo yang sehat, kuat, dan bebas dari hama dan penyakit. Bibit sawo yang dipilih harus memiliki tinggi sekitar 50-100 cm dan diameter batang sekitar 1-2 cm.
  2. Basahi media tanam dengan air bersih hingga lembab namun tidak tergenang.
  3. Buat lubang tanam dengan ukuran sekitar 30x30x30 cm atau sesuai dengan ukuran bibit sawo.
  4. Masukkan bibit sawo ke dalam lubang tanam dengan hati-hati. Pastikan akar bibit sawo tidak terlipat atau terpotong.
  5. Tutup lubang tanam dengan media tanam hingga permukaan. Padatkan media tanam agar tidak ada udara yang terperangkap di dalamnya.
  6. Siram bibit sawo dengan air bersih hingga basah. Jangan menyiram terlalu banyak agar tidak terjadi genangan air di sekitar bibit sawo.
  7. Beri tanda atau label pada setiap bibit sawo agar mudah diidentifikasi nantinya.

Perawatan

Langkah kelima dalam cara menanam sawo adalah melakukan perawatan tanaman sawo secara rutin dan teratur. Perawatan tanaman sawo meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemangkasan, pengikatan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman adalah kegiatan memberikan air kepada tanaman sawo agar tidak mengalami kekurangan air. Penyiraman harus dilakukan secara rutin dan teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman sawo.

Tanaman sawo membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Namun, tanaman sawo juga tidak tahan terhadap kelembaban berlebih yang dapat menyebabkan pembusukan akar. Oleh karena itu, penyiraman harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kondisi cuaca dan media tanam.

Pada musim kemarau, penyiraman harus dilakukan setiap hari atau setiap dua hari sekali dengan menggunakan selang, ember, atau alat lainnya. Jumlah air yang diberikan harus cukup untuk membasahi media tanam hingga kedalaman sekitar 20-30 cm.

Pada musim hujan, penyiraman harus dilakukan sesuai dengan keadaan media tanam. Jika media tanam masih lembab, penyiraman dapat ditunda atau dikurangi. Jika media tanam sudah kering, penyiraman dapat dilakukan seperti biasa.

Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan memberikan pupuk kepada tanaman sawo agar tidak mengalami kekurangan unsur hara. Pemupukan harus dilakukan secara rutin dan teratur sesuai dengan jenis, dosis, dan waktu pemberian pupuk.

Tanaman sawo membutuhkan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Namun, tanaman sawo juga tidak tahan terhadap konsentrasi pupuk yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan keracunan atau pembakaran akar. Oleh karena itu, pemupukan harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan rekomendasi ahli.

Baca Juga  Manfaat Daun Walang Sangit, Dari Kesehatan Hingga Kecantikan

Pada umumnya, pemupukan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami, seperti pupuk kandang, kompos, bokashi, dll. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan sintetis, seperti urea, TSP, KCl, NPK, dll.

Pupuk organik dapat diberikan kepada tanaman sawo sejak awal penanaman hingga masa panen. Pupuk organik dapat diberikan dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman sawo dengan jarak sekitar 20-30 cm dari batang. Pupuk organik dapat diberikan dengan dosis sekitar 10-20 kg/tanaman setiap 3-4 bulan sekali.

Pupuk anorganik dapat diberikan kepada tanaman sawo mulai dari 3 bulan setelah penanaman hingga masa panen. Pupuk anorganik dapat diberikan dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman sawo dengan jarak sekitar 20-30 cm dari batang. Pupuk anorganik dapat diberikan dengan dosis sekitar 100-200 g/tanaman setiap 2-3 bulan sekali.

Jenis pupuk anorganik yang dapat diberikan kepada tanaman sawo adalah urea, TSP, KCl, dan NPK. Urea adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen (N) yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman sawo. TSP adalah pupuk yang mengandung unsur fosfor (P) yang berfungsi untuk meningkatkan pembentukan bunga dan buah tanaman sawo.

KCl adalah pupuk yang mengandung unsur kalium (K) yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas buah dan ketahanan tanaman sawo terhadap hama dan penyakit. NPK adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium secara seimbang yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo secara keseluruhan.

Berikut adalah tabel dosis pupuk anorganik yang dapat diberikan kepada tanaman sawo:

Jenis Pupuk Dosis (g/tanaman) Waktu Pemberian
Urea 100 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah penanaman
TSP 100 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah penanaman
KCl 100 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah penanaman
NPK 200 Sebelum bunga mekar dan sebelum buah masak

Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan membersihkan media tanam dari rumput, gulma, atau tumbuhan liar lainnya yang dapat bersaing dengan tanaman sawo. Penyiangan harus dilakukan secara rutin dan teratur sesuai dengan kondisi media tanam.

Rumput, gulma, atau tumbuhan liar lainnya dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo dengan cara:

  • Menyerap air dan unsur hara dari media tanam.
  • Menghalangi cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tanaman sawo.
  • Menjadi tempat bersarang atau berkembang biaknya hama dan penyakit.

Oleh karena itu, penyiangan harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman sawo.

Pada umumnya, penyiangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual atau mekanis. Penyiangan secara manual adalah penyiangan yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau alat sederhana, seperti sabit, pisau, dll. Penyiangan secara mekanis adalah penyiangan yang dilakukan dengan menggunakan mesin atau alat canggih, seperti traktor, cultivator, dll.

Penyiangan secara manual lebih cocok dilakukan pada lahan yang sempit atau sulit dijangkau oleh mesin. Penyiangan secara manual juga lebih murah dan mudah dilakukan. Namun, penyiangan secara manual lebih memakan waktu dan tenaga.

Penyiangan secara mekanis lebih cocok dilakukan pada lahan yang luas atau mudah dijangkau oleh mesin. Penyiangan secara mekanis juga lebih cepat dan efisien. Namun, penyiangan secara mekanis lebih mahal dan membutuhkan perawatan khusus.

Penyiangan harus dilakukan setiap kali media tanam tampak kotor atau ditumbuhi oleh rumput, gulma, atau tumbuhan liar lainnya. Biasanya penyiangan dilakukan setiap bulan atau setiap dua bulan sekali.

Pemangkasan

Pemangkasan adalah kegiatan memotong bagian-bagian tanaman sawo yang tidak diinginkan atau mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo. Pemangkasan harus dilakukan secara rutin dan teratur sesuai dengan tujuan dan manfaatnya.

Bagian-bagian tanaman sawo yang dapat dipangkas adalah:

  • Daun-daun yang kering, layu, rusak, atau sakit.
  • Ranting-ranting atau cabang-cabang yang tumbuh liar, rapuh, atau bersilangan.
  • Bunga-bunga atau buah-buah yang berlebihan, cacat, atau terserang hama dan penyakit.

Pemangkasan dapat memberikan manfaat bagi tanaman sawo, seperti:

  • Meningkatkan sirkulasi udara dan cahaya matahari di dalam tanaman sawo.
  • Mengurangi beban dan persaingan antara bagian-bagian tanaman sawo.
  • Meningkatkan kualitas dan kuantitas buah tanaman sawo.
  • Mencegah penyebaran hama dan penyakit pada tanaman sawo.

Pemangkasan harus dilakukan dengan menggunakan alat yang tajam dan bersih, seperti gunting, pisau, dll. Pemangkasan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bagian-bagian tanaman sawo yang masih sehat atau produktif. Pemangkasan juga harus dilakukan pada waktu yang tepat agar tidak mengganggu proses fisiologis tanaman sawo.

Pada umumnya, pemangkasan dapat dilakukan pada dua waktu, yaitu sebelum bunga mekar dan setelah panen. Pemangkasan sebelum bunga mekar bertujuan untuk merangsang pembentukan bunga dan buah yang lebih banyak dan berkualitas. Pemangkasan setelah panen bertujuan untuk mempersiapkan tanaman sawo untuk masa dorman atau istirahat sebelum memasuki siklus berikutnya.

Pengikatan

Pengikatan adalah kegiatan mengikat batang atau cabang tanaman sawo dengan menggunakan tali, bambu, kayu, atau alat lainnya agar tidak patah atau roboh. Pengikatan harus dilakukan secara rutin dan teratur sesuai dengan kondisi tanaman sawo.

Tanaman sawo memiliki batang atau cabang yang relatif lemah dan mudah patah atau roboh akibat beban buah yang berat atau angin kencang. Oleh karena itu, pengikatan harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman sawo.

Pengikatan dapat memberikan manfaat bagi tanaman sawo, seperti:

  • Menjaga kestabilan dan keselarasan batang atau cabang tanaman sawo.
  • Mencegah kerusakan atau kerugian akibat patah atau robohnya batang atau cabang tanaman sawo.
  • Memudahkan proses perawatan dan pemanenan buah tanaman sawo.

Pengikatan harus dilakukan dengan menggunakan alat yang kuat dan fleksibel, seperti tali, bambu, kayu, dll. Pengikatan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai atau menyumbat aliran getah pada batang atau cabang tanaman sawo. Pengikatan juga harus dilakukan pada waktu yang tepat agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo.

Pada umumnya, pengikatan dapat dilakukan pada dua waktu, yaitu saat penanaman dan saat berbuah. Pengikatan saat penanaman bertujuan untuk menopang bibit sawo agar tidak roboh akibat angin kencang atau hewan liar. Pengikatan saat berbuah bertujuan untuk menopang batang atau cabang tanaman sawo agar tidak patah akibat beban buah yang berat.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit adalah kegiatan mencegah atau mengatasi serangan hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman sawo. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara rutin dan teratur sesuai dengan jenis, intensitas, dan dampaknya.

Baca Juga  Makanan Khas Gorontalo: Kuliner Nusantara Yang Kaya Rasa Dan Budaya

Hama adalah organisme hidup yang dapat merusak bagian-bagian tanaman sawo secara langsung maupun tidak langsung. Hama dapat berupa serangga, burung, tikus, monyet, dll. Penyakit adalah gangguan fisiologis yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, jamur, dll.

Hama dan penyakit dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo dengan cara:

  • Menyebabkan kerusakan fisik pada bagian-bagian tanaman sawo, seperti daun, bunga, buah, dll.
  • Menyebabkan kerusakan fisiologis pada bagian-bagian tanaman sawo, seperti menghambat fotosintesis, mengganggu aliran getah, dll.
  • Menyebabkan kerusakan estetis pada bagian-bagian tanaman sawo, seperti mengurangi kualitas dan kuantitas buah, dll.
  • Menyebabkan kerugian ekonomis bagi petani atau konsumen tanaman sawo.

Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip berikut:

  • Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Hal ini berarti bahwa anda harus melakukan upaya-upaya untuk mencegah serangan hama dan penyakit sebelum terjadi atau menjadi parah. Upaya-upaya pencegahan dapat berupa:
    • Memilih bibit sawo yang sehat, kuat, dan tahan terhadap hama dan penyakit.
    • Memilih lokasi yang sesuai untuk tanaman sawo dan menjaga kebersihan lahan.
    • Mengolah media tanam yang optimal untuk tanaman sawo dan memberikan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sawo.
    • Melakukan perawatan tanaman sawo secara rutin dan teratur, seperti penyiraman, penyiangan, pemangkasan, dll.
    • Melakukan rotasi tanaman atau tumpangsari dengan tanaman lain yang dapat menekan populasi hama dan penyakit atau meningkatkan kesehatan tanaman sawo.
    • Melakukan pengendalian hayati atau penggunaan organisme hidup lain yang dapat memangsa atau menekan populasi hama dan penyakit, seperti predator, parasitoid, patogen, dll.
  • Pengobatan harus dilakukan secara tepat sasaran dan ramah lingkungan. Hal ini berarti bahwa anda harus melakukan upaya-upaya untuk mengatasi serangan hama dan penyakit yang sudah terjadi atau menjadi parah dengan cara yang tidak merugikan lingkungan atau organisme hidup lain. Upaya-upaya pengobatan dapat berupa:
    • Menggunakan metode mekanis atau fisik untuk menghilangkan atau mengurangi populasi hama dan penyakit, seperti menyiangi, memotong, membakar, menyemprot air panas, dll.
    • Menggunakan metode kultur teknis atau perubahan cara budidaya untuk menghilangkan atau mengurangi populasi hama dan penyakit, seperti mengubah jarak tanam, waktu tanam, pola tanam, dll.
    • Menggunakan metode kimia atau penggunaan bahan-bahan kimia untuk membunuh atau menekan populasi hama dan penyakit, seperti pestisida nabati atau sintetis. Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan atau bahan alami lainnya yang memiliki efek racun terhadap hama dan penyakit. Pestisida sintetis adalah pestisida yang berasal dari bahan-bahan buatan manusia yang memiliki efek racun terhadap hama dan penyakit.
    • Jika anda menggunakan metode kimia dalam pengendalian hama dan penyakit, anda harus memperhatikan hal-hal berikut:
      • Pilih pestisida yang sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang akan dikendalikan. Jangan menggunakan pestisida sembarangan atau tidak sesuai dengan labelnya.
      • Pilih pestisida yang memiliki toksisitas rendah terhadap manusia, hewan peliharaan, tanaman lain, dan lingkungan. Jangan menggunakan pestisida yang memiliki toksisitas tinggi atau berbahaya bagi organisme hidup lain.
      • Pilih pestisida yang memiliki residu rendah atau cepat terurai di dalam tanah atau air. Jangan menggunakan pestisida yang memiliki residu tinggi atau lama terurai di dalam tanah atau air.
      • Gunakan pestisida sesuai dengan dosis, cara aplikasi, waktu aplikasi, dan interval aplikasi yang direkomendasikan. Jangan menggunakan pestisida melebihi dosis, cara aplikasi, waktu aplikasi, atau interval aplikasi yang direkomendasikan.
      • Gunakan alat perlindungan diri saat menggunakan pestisida, seperti sarung tangan, masker, kacamata, dll. Jangan menyentuh, menghirup, atau menelan pestisida secara langsung atau tidak sengaja.
      • Simpan pestisida di tempat yang aman, kering, dan terpisah dari makanan, minuman, atau obat-obatan. Jangan menyimpan pestisida di tempat yang mudah dijangkau oleh anak-anak, hewan peliharaan, atau orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
      • Buang sisa pestisida atau wadah pestisida dengan cara yang benar dan aman. Jangan membuang sisa pestisida atau wadah pestisida ke sungai, saluran air, atau tempat pembuangan sampah sembarangan.

Pemanenan Sawo

Pemanenan Sawo

Langkah keenam dan terakhir dalam cara menanam sawo adalah melakukan pemanenan buah sawo. Pemanenan buah sawo harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak buah atau tanaman sawo. Pemanenan buah sawo juga harus dilakukan pada waktu yang tepat agar mendapatkan hasil yang optimal.

Waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan buah sawo adalah saat buah sawo sudah matang atau berubah warna dari hijau menjadi coklat. Buah sawo yang sudah matang memiliki rasa yang manis dan lezat, serta kandungan air yang cukup banyak. Buah sawo yang belum matang memiliki rasa yang hambar dan keras, serta kandungan air yang sedikit.

Berikut adalah langkah-langkah melakukan pemanenan buah sawo:

  1. Pilih buah sawo yang sudah matang atau berubah warna dari hijau menjadi coklat. Buah sawo yang sudah matang biasanya terletak di bagian bawah atau tengah tanaman sawo.
  2. Gunakan tangga, bambu, atau alat lainnya untuk mencapai buah sawo yang tinggi. Jangan memanjat tanaman sawo secara langsung karena dapat merusak batang atau cabang tanaman sawo.
  3. Gunakan gunting, pisau, atau alat lainnya untuk memotong tangkai buah sawo dengan hati-hati. Jangan menarik atau memetik buah sawo secara langsung karena dapat merusak kulit atau daging buah sawo.
  4. Letakkan buah sawo di atas keranjang, karung, atau wadah lainnya dengan hati-hati. Jangan menumpuk atau menekan buah sawo karena dapat menyebabkan lecet atau busuk.
  5. Bawa buah sawo ke tempat penyimpanan atau pengolahan dengan hati-hati. Jangan mengguncang atau menjatuhkan buah sawo karena dapat menyebabkan lecet atau busuk.

Demikianlah artikel tentang cara menanam sawo yang benar dan mudah. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang ingin menanam sawo di pekarangan rumah atau lahan kosong.